Dahsyatnya letusan Krakatau sekuat 13.000 bom atom di Hiroshima






Dahsyatnya letusan Krakatau sekuat 13.000 bom atom di Hiroshima

Tepat 132 tahun lalu, letusan Gunung Krakatau mengeluarkan letusan dahsyat. Secara bersamaan ketiga gunung tersebut meletus dan meluluhlantakkan satu pulau hingga tak berbekas. Peristiwa ini menyebabkan 36.417 nyawa tewas mengenaskan.

Sebelum meletus dahsyat, lokasi yang kini ditempati Gunung Anak Krakatau ini merupakan sebuah pulau bernama Pulau Krakatau, berada di tengah-tengah Selat Sunda yang membelah Pulau Jawa dan Sumatera. Terdapat tiga gunung di atasnya, yakni Gunung Perboewatan, Gunung Danan dan Gunung Rakata.

Peningkatan aktivitas seismik sudah terdeteksi beberapa tahun sebelum letusan berlangsung, ditambah rangkaian gempa yang mengguncang wilayah Australia.

Tidak ada yang menyangka, 20 Mei 1883 menjadi tanggal yang akan dikenang sep

anjang sejarah. Dimulai dari munculnya asap Gunung Perboewatan yang berada di sisi utara, lava kembali terlihat di dua gunung di sebelahnya.

Jelang siang hari, erupsi dari ketiga gunung berapi ini mencapai puncaknya. Abu vulkanik yang terlempar dari letusan ini mencapai ketinggian 6 km. Bahkan gemuruh dan ledakan yang ditimbulkannya terdengar sampai Jakarta yang berjarak 160 km.




Banyak pengamat kegunungapian menilai ledakan yang timbul dari Krakatau ini setara dengan 200 megaton TNT. Itu berarti kedahsyatannya 13 ribu kali dari ledakan nuklir yang menghancurkan kota Hiroshima selama berlangsungnya perang dunia kedua, atau empat kali dari ledakan bom hidrogen Tsar Bomba buatan Rusia. Tak lama setelah meletus, aktivitas Krakatau sempat berhenti selama beberapa minggu berikutnya.

Erupsi kembali terjadi pada 16 Juni, dimulai dengan ledakan keras dan menutupi seluruh pulau dengan kepulan awan hitam selama lima hari. Letusan Krakatau mencapai puncaknya pada pertengahan tahun 1883, atau tepatnya 25 Agustus. Gunung ini telah mencapai fase paroksismal yang menghancurkan.

Letusan mencapai puncaknya sehari setelahnya, tepat sekitar pukul 14.00 WIB, para pengamat melihat awan hitam yang berisi abu vulkanik menutupi seluruh pulau hingga ketinggian 27 km. Pada fase ini, suara ledakan dan erupsi terus terlihat setiap 10 menit.

Setiap kapal yang berada dalam jarak 20 km melaporkan hujan abu yang sangat tebal, bahkan batu panas berdiameter 10 cm mendarat di dek mereka. Selepas Magrib, terjadi beberapa tsunami kecil yang menghantam pantai-pantai di Sumatera dan Jawa hingga sejauh 40 km.

Selanjutnya, bahaya sebenarnya sudah mengancam penduduk pesisir pantai Banten dan Lampung.


27 Agustus, empat ledakan dahsyat terjadi. Pukul 05.30 WIB, ledakan pertama diperkirakan terjadi di Gunung Perboewatan, hingga menimbulkan tsunami yang mengarah ke Teluk Betung, Bandar Lampung. Ledakan berikutnya terdengar sekitar pukul 06.44 WIB di Gunung Danan yang juga menimbulkan tsunami ke bagian barat dan timur pulau tersebut.

Ledakan besar berlangsung pukul 10.02 WIB. Ledakan inilah yang ditenggarai terdengar hingga Perth, Australia yang jaraknya mencapai 3.110 km dan Pulau Rodrigues di Samudera Hindia dekat Mauritius yang berjarak 4.800 km. Banyak yang mengira suara itu berasal dari tembakan meriam salah satu kapal yang berada di dekat mereka.

"Ledakan ini membuat letusan Krakatoa menjadi salah satu yang terbesar yang pernah terjadi di bumi, ledakan ini hanya bisa ditandingi oleh erupsi Gunung Tambora pada 1815," demikian dikutip dari history1800s.

Tepat pukul 10.41 WIB, longsoran lava pijar menghancurkan Gunung Rakata. Erupsi dimulai dengan luncuran awan panas berkecepatan 1.086 km per jam. Kekuatan ledakannya disinyalir membuat gendang telinga seorang pelaut dalam jarak 64 km di sekitar Selat Sunda pecah. Embusan yang ditimbulkannya membuat 2,5 inci merkuri terlempar keluar hingga 160 km.

Tekanan radiasi yang ditimbulkannya terpencar ke seluruh dunia, dan kejadian ini tercatat di barographs setiap negara. Beberapa di antaranya merekam selama lima hari. Letusan terakhir ini telah melemparkan debu vulkanik hingga ketinggian 80 km, bandingkan dengan Merapi yang hanya 9 km, atau Tambora dengan ketinggian 43 km.



Gelombang tsunami yang ditimbulkan dari letusan ini dilaporkan mencapai Afrika Selatan, dan jasad manusia ditemukan mengambang di lautan beberapa bulan setelah peristiwa itu. Tsunami ini terjadi akibat lemparan material panas yang menghantam laut hingga menimbulkan gelombang setinggi 46 km. Tsunami ini telah meratakan Merak dan sejumlah kota lainnya di pinggir pantai Jawa dan Sumatera.

Gelombang ini dilaporkan sempat menyambangi Selat Channel Inggris, lima hari setelah letusan dahsyat berlangsung.

Erupsi ini juga menyebabkan berubahnya temperatur dan cuaca di seluruh dunia. Suhu di belahan bumi bagian utara turun drastis hingga 1,2 derajat Celcius. Bahkan, hujan besar secara terus menerus terjadi di California selatan sejak Juli 1883 hingga Juni 1884, di mana curah hujan Los Angeles mencapai 969,8 mm dan San Diego 659,6 mm. Meski begitu, pandangan ini masih diragukan sejumlah ahli.

Setelah letusan dahsyat, tepatnya 28 Agustus pagi erupsi berhenti. Krakatau mulai terdiam. Letusan kecil, sebagian besar berupa asap berlanjut pada Oktober 1883.

Hingga kini Anak Gunung Krakatau masih aktif. Tapi tentu tak ada yang berharap dia mengamuk lagi.















Designed by RAMA FATHUR | Distributed by HAMMOCK MALANG